Rabu, 01 Juli 2009

Kaulah yAnG teRinDaH

Orang di barat bilang, matahari yang terindah
Aku diam
Orang di timur bilang, bintanglah yang terindah
Aku diam
Orang di utara bilang, gunung itu paling indah
Aku diam
Orang di selatan bilang, laut yang terindah
Aku diam
Orang di barat, di timur, di utara dan di selatan diam
Aku bilang, Kaulah yang terindah

(Anonim)

Give Thanks to Allah

Give thanks to Allah, for d'moon 'n d'stars
Prays in all day full, what is 'n what was
Take hold of 'ur iman, don't givin to shaitan
Oh U who believe, please give thanks to Allah

Allahu Ghofur Allahu Rahim, Allahu yuhibbul muhsinin
Huwa Khaliquna Huwa Raziquna, wa Huwa 'ala kulli syai'in qadir
Allah is Ghofur Allah is Rahim, Allah is d'One who loves d'muhsinin
He is a creator He is a sistainer, 'n He is d'One who has power aver all

CeRpEN

3C ( Cinta dan Cita Chilya )
Pagi yang cerah, mentari pagi tampak indah menghiasi langit seolah menemani Chilya melaju dengan sepedanya menunju sekolah. Tampak rona kebahagiaan terukir di wajah cantiknya dengan kibaran jilbab putihnya. Sejauh 1Km setiap hari Chilya mengayuh sepedanya pulang pergi sekolah. Walaupun begitu tak sedikitpun timbul perasaan rendah diri di hatinya sebagai siswi SMU favorit di kotanya. Sejak kecil Chilya dan kakaknya bernama Hasan diasuh oleh paman dan bibinya sepeninggal kedua orang tuanya. Walau sudah lama tak merasakan hangatnya cinta kasih ayah bunda, mereka tetap merasakan kasih sayang dari keluarga paman.
Tak lama ia tiba di sekolah. Langkahnya begitu bersemangat menyusuri jalan menuju kelasnya. Tiba-tiba didengarnya seorang tengah memanggil namanya. Ia menengok ke arah sumber suara. Ternyata Hilman menghampirinya.
“Hilman, ada apa?”
“Nanti ada pertemuan anak-anak redaksi di sekertariat” Ujar Hilman dengan gaya ketusnya.
“OK”
Cowok berkacamata itu segera meninggalkannya. Hilman dan Chilya anggota tim jurnalis sekolah, selain itu ada Shila dan Raghib partner kerjanya. Shila cewek tomboi yang merupakan teman sebangku sekaligus sahabat Chilya. Raghib dengan ciri khas gayanya yang sok cool dan jepret sana jepret sini dengan kamera digitalnya.
Sebelum bel masuk berbunyi, Shila menyempatkan diri sharing pada Chilya.
“Chil, aku mau sharing nih”, meniru gaya Raghib
“Boleh, sharing apa?”
“Kamu masih ingat kan sama cowok yang sering aku ceritakan ke kamu?”
“Yupz”
“Makin hari aku makin jatuh hati sama dia. Senyumnya, sikapnya, dan sosoknya yang begitu sempurna di mataku, membuatku gak bosan-bosannya mikirin dia”
“Hmm…. Tapi kamu payah Shil, kamu gak pernah ngasih tau namanya sama aku, jadi penasaran melulu.”
“Santai aja, ntar juga tau sendiri. BTW, gimana kalo aku nembak dia?”
“What??? Shila, apa-apaan sih. Kamu tuh cewek!”
“Yeeey, emang! Sejak aku lahir semua orang juga tau kalo aku cewek. But, hari gini gitu loch, Chil?!”
“Gak, pokoknya aku tetap gak setuju. Titik, gak pake koma!”
Teeet…teeet…teeet… Bel masuk berbunyi menandakan kegiatan belajar mengajar siap dimulai. Kegiatan belajar serasa begitu cepat. Jam ,istirahat pub tiba. Chilya beranjak meninggalkan kelasnya. Shila mengikutinya.
“ Chil, mau kemana?”
“ Ke sekertariat menemui Hilman, katanya ada job buatku.”
Mata Shila berbinar, ia pun ikut sahabatnya menemui Hilman. Kedua cewek lincah berjilbab itu menuju sekertariat, di sanalah pangkalan anak-anak redaksi. Keduanya begitu kontras. Chilya cewek lembut nan anggun, sedangkan Shila cewek tomboi namun manis dipandang.
Di sekertariat seluruh crew redaksi segera berdatangan. Hilman menunggu kedatangan Chilya. Hatinya berdebar-debar. Ia telah lama memendam perasaan cintanya pada Chilya. Cowok mana yang tak kagum dengan pribadi Chilya. Hilman yang dikenal ketus, tak kuat menahan pesona Chilya. Ia tak menyadari tengah ditaksir seseorang. Dialah Shila.
Di depan mading ramai berdesakan. Karena penasaran Chilya dan Shila melihat apa yang tengah menjadi pusat perhatian teman-temannya. Disana tertempel sajak-sajak cinta puitis yang begitu indah, sayangnya sajak indah itu anonim. Siapakah gerangan penyairnya? Semua yang membacanya penuh tanda tanya besar. Keduanya segera meninggalkan mading lalu menuju sekertariat.
Seluruh tim jurnalis berkumpul. Hilman, sang Pimred memulai diskusi dan membagi job. Di tengah obrolan santai mereka, mata Shila tak henti-hentinya memandang pujaan hatinya. Hilman tak menyadarinya. Raghib tak ketinggalan dengan tingkah usilnya, mengabadikan tingkah Shila dalam kamera digitalnya. Shila tetap tak menyadari bahwa ia tengah ditertawakan oleh semua rekannya. Chilya yang duduk di sebelahnya segera membangunkan dari lamunannya. Shila tergagap dan malu di hadapan rekan-rekannya. Ia segera meninggalkan ruangan dan menuju kelasnya.
Shila ingin melanjutkan lamunannya di kelas tanpa seorangpun yang akan mengganggunya. Ketika sedang membereskan buku-buku yang memenuhi mejanya, tiba-tiba ia menemukan sesuatu yang terselip diantara buku-buku itu. Ternyata surat yang ditujukan pada Chilya, walau ragu ia tetap membacanya. Dibacanya surat itu dan pada akhirnya tertera nama Hilman Nadja. Cowok yang begitu diidamkannya ternyata menaruh hati pada sahabatnya. Seketika itu pula hati Shila tercabik-cabik dan hancur.
Chilya masuk ,kelas. Ia menangkap perubahan pada diri Shila. Tadi yang begitu berseri-seri berubah menjadi wajah penuh demdam. Chilya menanyakan apa yang nterjadi pada sahabatnya itu. Shila tak menjawab. Sorot matanya penuh kebencian. Ia muak melihat Chilya dan segera meninggalkannya. Sejak itulah hubungan keduannya makin renggang.
Berhari-hari sikap Shila tak ubahnya dengan kemarin. Chilya sedih diperlakukan seperti itu oleh sahabatnya apalagi ia tak tahu penyebabnya. Persahabatan tak selamanya berjalan mulus.
Hilman bingung dengan reaksi Chilya yang biasa-biasa saja. Padahal ia telah memberanikan dirinya mengungkapkan isi hatinya lewat surat itu. Hilman dan Chilya sama-sama tak mengerti apa yang terjadi. Kuncinya terletak pada Shila namun ia tetap dengan tingkah diamnya.
Shila duduk di taman. Raghib memperhatikannya dan melihat Chilya tengah mencari seseorang. Dengan isyarat Raghib, Chilya menemukan apa yang dicari. Shila beranjak pergi melihat Chilya menghampirinya, namun Chilya memegang erat tangan sahabatnya.
“Shil, kita sahabat kan?! Tolong ceritakan apa yang udah membuatmu kaya’ gini. Apa aku ada salah sama kamu?”
“Kamu gak salah sobat, bahkan kamu gak tahu apa-apa, Cuma hatiku yang ill feel usai membaca surat Hilman.” Gumam Shila dalam hatinya sambil menitikkan air mata.
Shila tak tahan memusuhi sahabatnya dan berfikir segera mengakhirinya. Ia angkat bicara dan merogoh sakunya mengambil surat Hilman.
“Surat ini yang membuatku jadi kaya’ gini.” Shila mennyodorkannya pada Chilya
Chilya segera membacanya. Tulisan itu sama persis dengan sajak puitis di mading kemarin. Lalu dalam hati, ia bertanya-tanya siapa pengirimnya. Beberapa detik kemudian ia mendapat jawaban. Surat itu ditujukan pada pujaan hati “Chilya Syakib” dan tertera nama pengirimnya “Hilman Nadja”. Sontak ia terkejut dan menghentikan bacaannya.
“Chil, kamu ingat kan sama cowok pujaan hati yang sering aku ceritakan? Dia itu Hilman.”
Mata mereka beradu pandangan. Chilya meraih tubuh Shila dan memeluknya erat. Keduanya tak kuat menahan haru dan berurai air mata. Raghib yang sejak awal memperhatikan, kini turut mengerti masalahnya. Cuaca mendung seolah menggambarkan perasaan kedua gadis yang bersahabat itu.
“Maafin aku ya, Shil.”
“Sebenarnya kamu gak salah, justru aku yang khilaf. Ah, namanya juga perasaan. Emm,,apa kamu juga suka pada Hilman?”
“Gak. Gak salah maksudnya!”
Shila merengek dan kecewa sekali.
“Yeey, bercanda lagi. Aku menganggapnya sebatas partner kerja doang kok. So, masih semangat gak nerusin permainan rasamu itu?”
“Masih dong, he he he…”
“Gue suka gaya loe” ( Chilya berlagak seperti Raghib)
Mereka berdua kembali akur seperti sedia kala, menghiasi hari-harinya dengan ,penuh keceriaan nan senyuman.
*****
Malam pun tiba. Paman mengajak seluruh anggota keluarga menghadiri undangan tasyakuran di rumah Haji Amir atas wisuda putranya kemarin. Tak satu pun dari anggota keluarga yang terlewatkan, sepertinya moment itu begitu penting. Mobil melaju kencang ditemani dengan derasnya hujan. Chilya teringat dengan mendiang orang tuanya yang meninggal dalam kecelakaan tragis beberapa tahun yang lalu. Derasnya hujan torehkan duka yang teramat mendalam. Matanya yang indah mulai berkaca-kaca, namun ia segera mengusirnya dengan tingkah lucu sepupunya yang masih balita bernama Azka, putra bungsu paman. Satu mobil ramai akan tingkah Azka.
Satu jam berlalu. Mereka telah sampai di rumah Haji Amir. Hasan sangat bahagia karena sebentar lagi bertemu teman bermainnya waktu kecil, Habib. Ia adalah purta Haji Amir yang baru saja menyelesaikan studi S1 di Mesir.
Haji Amir sekeluarga menyambut hangat kedatangan mereka. Tiba-tiba Chilya menangkap sosok yang begitu dikenalnya, Hilman. Mereka sama-sama tidak menyangka akan bertemu. Acara tasyakuran berlangsung. Kedua keluarga melanjutkan dengan obrolan santai namun teramat penting untuk diikuti, terlihat tak satu pun dari kedua anggota keluarga yang terlewatkan. Setelah tuan rumah menjelaskan panjang lebar, hampir semuanya terkejut dengan apa yang baru saja mereka dengar. Terlebih Chilya dan Habib. Mereka berdua telah dijodohkan. Haji Amir adalah sahabat akrab ayah Chilya. Hasan nyaris tak percaya, ia sebagai kakak tidak mengetahui hal ini sebelumnya. Paman dan bibi tidak pernah menceritakannya meski mereka tahu. Chilya hanya menunduk dengan mata berkaca-kaca, ia tidak kuat menatap ke depan dan sekelilingnya. Tepat di hadapannya duduk seorang pemuda tampan yang baru dikenalnya malam itu. Dialah Habib. Chilya shock dengan kabar ini. Hasan mengerti perasaan adiknya. Sebagai kakak, ia pun angkat bicara.
“Maaf, ijinkan Saya mewakili adik Chilya menanggapi kabar ini.”
“Tentu, silakan nak Hasan.”
“Sebenarnya kami amat terkejut dengan kabar ini, kiranya dik Chilya membutuhkaan waktu untuk memikirkan hal yang sakral ini.”
“Oh, ya tentu. Lalu bagaimana tanggapanmu, Habib?”
“Saya mengikuti abah dan umi saja.”
Habib terpesona melihat Chilya, namun ia tetap berusaha menampakkan sikapnya yang biasa. Hilman pupus harapan akan cintanya. Gadis yang dicintainya ternyata adalah calon iparnya.
Keluarga Chilya berpamitan. Selama di perjalanan Chilya tak bicara sepatah kata pun. Hasan memperhatikannya. Pikiran Chilya mengembara. Mengapa ayahnya berbuat demikian. Memang dulu ayahnya berkata padanya bahwa kelak ia akan dinikahkan dengan pemuda yang sholeh. Diakah yang dimaksud ayah? Kak Habib, pemuda yang sama sekali belum pernah dikenalnya, kelak akan menjadi pendamping hidupnya. Menurut apa yang telah didengarnya tadi, Habib memang telah lama di pesantren. Lalu atas beasiswa, ia melanjutkan studinya di Mesir. Usianya sebaya dengan kakaknya. Jujur pemuda seperti Habib lah dambaan hati Chilya. Namun hari ini hatinya begitu kalut, sejak konflik dengan Shila, membaca surat Hilman, dan terakhir perjodohan ini.
*****
Hasan memikirkan Chilya. Banyak harapan Hasan pada adik satu-satunya yang penuh prestasi dan talenta. Sangat disayangkan jika tidak dikembangkan karena menikah dini. Adiknya punya banyak angan dan cita-cita, itu semua belum tercapai walau mungkin satu dari cita-citanya telah menanti di depan mata yakni menikah dengan Habib, yang berarti membahagiakan mendiang ayah bundanya. Tidak, menikah bisa ditunda. Andaikan memang berjodoh, tokh kelak pasti akan bertemu, pikir Hasan.
Chilya menceritakan semua masalahnya pada Shila. Ia hampir tak percaya mendengarnya. Dunia serasa begitu sempit.
Selang beberapa hari, Hasan mengajak adiknya menemui Habib karena ia berpikir banyak hal yang perlu dibicarakan. Chilya pun menyanggupi.
“Bicaralah, Adikku. Kakak ingin mendengar jawabanmu secara langsung.” Pinta Habib.
“Chilya memahami keinginan ayah bunda, Chilya ingin sekali mewujudkannya. Namun, sekarang ini Chilya benar-benar belum siap lahir batin. Masih banyak harapan yang ingin Chilya raih sebelum menikah.”
Habib memandang Chilya sejenak. Ia sungguh terpesona melihat sosok Chilya. Hatinya tersentuh dan membuatnya berdebar-debar. Ia benar-benar ingin memiliki dan membahagiakan gadis cantik nan santun di depannya itu.
“Kak Habib mengerti dan tak ingin memaksa Adik terburu-buru melangkah. Memang pernikahan adalah hal yang sangat sakral dan perlu kesiapan lahir batin. Untuk itu, Kakak setujui keinginan Adik dan bersedia menunggu Adik.” Jelas Habib
Lega hati Chilya dan Hasan mendengar jawaban bijak Habib. Chilya siap meniti jalan meraih cita-citanya sembari Habib melanjutkan studi S2 di Belanda. Mereka menitipkan cintanya pada Dzat Pemberi anugerah cinta. Dalam hati mereka berdua seraya berdoa memohon pada-Nya agar kelak tiba saatnya semoga dipertemukan dalam suatu ikatan suci penuh berkah berlimpah.
*****
Ngaliyan, 20 Juni 2009

Buah karya:
Naili Ni’matul Illiyyun

Senin, 25 Mei 2009

BERAWAL DARI 'ECEK-ECEK'

BERAWAL DARI 'ECEK-ECEK'

Awal dari setiap aksi adalah meniru. Hal apapun yang kita lakukan tentu berasal dari proses meniru, mulai dari hal yang kecil hingga yang besar, dari yang simple hingga yang teramat rumit. Nah, begitu juga dengan menulis, hal ini membutuhkan proses dan tentunya memerlukan sosok yang ditiru. Kita dapat meniru dari hal-hal yang sederhana seperti apa yang terjadi disekitar kita atau sosok penulis buku yang kita baca. Kegiatan ini dapat dilakukan siapa saja tanpa harus mencemaskan beberapa hal, misalnya penyusunan kata yang baik dan benar dan aturan apa saja yang terasa membelenggu. Bebaskanlah diri kita saat menulis, hal ini dimaksudkan agar ketika mengawali menuliskan sesuatu, si penulis dapat benar-benar mengeluarkan seluruh totalitas dirinya diatas kertas. Menulis adalah soulmate mambaca, karena menulis berkaitan erat dengan aktifitas membaca. Orang yang bisa menulis adalah orang yang membaca buku yang banyak, dalam arti tidak hanya sekedar membaca buka namun hati, pikiran dan pengalaman pun ikut membaca.
Di awal tadi sedikit menyinggung tentang aktifitas menulis dikarenakan dalam tulisan selanjutnya penulis akan berbagi tentang “Buku Harian” atau yang sering disebut dengan diary yang tentunya berkaitan erat dengan menulis.
Menulis buku harian adalah sebuah langkah awal mengumpulkan emosi dan perasaan, membantu kita untuk mendapatkan kepuasan diri dan mengabadikan moment-moment berharga. Dalam hal ini diperlukan kejujuran yang mutlak, dimana penilaian kondisi atas diri sendiri menjadi sederhana dan mudah, seseorang juga dapat perlahan-lahan mulai menerima dirinya sendirinya apa adanya tanpa merasa malu ataupun bersalah. Bersamaan dengan itu, seseorang mampu melakukan perbaikan. Dalam menulis hendaknya secara lengkap, tanpa meringkas, terus terang tanpa adanya sesuatu yang dihilangkan dari konteksnya. Seiring dengan berkembangan teknologi, buku harian sekarang tidak hanya ditulis pada secarik kertas, namun bisa berupa di komputer atau note book, bahkan lebih canggih lagi lewat fasilitas online di internet yang sering kita sebut dengan “Blog”.

Multi fungsi Buku Harian
- Media Sharing (Berbagi)
Mencurahkan perasaan ke dalam buku harian dapat membantu kita melampaui masa-masa sulit dalam kehidupan kita. Angan, asa, cinta dan cita dapat kita tuangkan dalam buku harian. Berbagi saat bahagia, sedih, tertekan, bingung, marah, sementara tidak seorang pun yang mau mendengarkan kita tidak ingin bercerita dengan siapapun. Perasaan marah, harapan, ketakutan, kecemburuan bisa terlukiskan dengan penggunaan huruf besar, tanda seru, atau kata sifat saat menulis buku harian merupakan cara kita berteriak tanpa membangunkan tetangga namun kepuasan batin terpenuhi.
- Sejarah Kehidupan Kita
Kita bisa menuliskan hal-hal yang mengesankan dalam buku harian. Pengalaman tentunya tidak akan ada habisnya, setiap hari, pengalaman dikumpulkan oleh setiap orang, tentunya beda antara satu dengan yang lainnya. Lewat buku harian, pengalaman itu distrukturkan, dikristalkan dan diberi sentuhan karakter diri si penulis buku harian. Inilah bahan tulisan yang mahal harganya apabila kelak dapat dipublikasikan dalam bentuk yang beragam.
- Membuat Jadwal
Seseorang yang gemar menulis buku harian selalu menulis semua hal tentang dirinya, termasuk menyusun jadwal sehari-hari sehingga aktifitasnya terencana dengan baik, teratur dan terarah.
- Menentukan Target dan Cita-cita
Menulis target dan cita-cita akan lebih mewarnai buku harian kita. Tentunya ini merupakan sesuatu yang sangat berharga dan dekat dengan kita. Setiap kali membukanya, kita akan membaca dan mengingatnya sehingga motivasi untuk mencapainya akan muncul dalam diri kita. Target dan cita-cita ini ditulis dari hal-hal yang paling ringan hingga paling sulit kita capai, tuliskan apa saja tanpa merasa terbelenggu.
- Membangun Motivasi
Kata-kata yang inspiratif dan motivatif bisa kita tuliskan di dalamnya. Ini akan memotivasi diri kita dalam segala hal., tulislah sebanyak mungkin dan rasakan efek hebat yang akan kita dapat.
- Barometer Kehidupan dan Evaluasi Diri
Prestasi dan kegagalan yang kita tuangkan pada buku harian pada akhirnya memberikan penilaian pada diri kita. Disinilah kita bisa melakukan evaluasi diri, belajar dari kesalahan, memaknai sebuah prestasi dan mengambil pelajaran dari pengalaman hidup.
- Menuangkan Ide
Tulis apa aja yang ada di benakmu mulai dari hal-hal sederhana. Ini akan melatih kepekaan kita terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Tumbuhkan rasa keingintahuan yang tinggi, tuangkan ide-ide cemerlang dan ekspresikan diri dalam menulis. Kita bisa mencoba konsep mindmapping Tony Buzan dalam menulis. Jadi, tak harus dalam bentuk tulisan, tapi juga bisa berupa simbol atau gambar.
- Membentuk Karakter Tulisan
Dengan seringnya kita menulis, berproses dan merasakan pengalaman tiada batas dalam memahami buku harian, maka kita akan mempunyai soul menulis. Barangkali telah berganti buku harian beberapa kali, seperti yang penulis alami, kini penulis mempunyai 7 buah buku harian yang dirasa berharga bagi dirinya. Nah, pada akhirnya cepat atau lambat kita mengetahui karakter tulisan kita.
- Menemukan Jati Diri
Penulisan jati diri berlangsung sepanjang usia. Buku harian menjadi cermin dari kita. Apapun dari kita tertulis rapi didalamnya sikap, perasaan, prestasi, kegagalan, harapan, tak ada yang disembuyikan. Dari sinilah jati diri akan terlihat.

Bagi yang telah terbiasa menulis buku harian tentunya sangatlah ringan dan mudah untuk mengekspresikan diri didalamnya, namun yang belum terbiasa akan terasa terbelenggu. Beberapa kendala yang membuat orang berekspresi lewat buku harian antara lain:
Tidak punya waktu, banyak dari kita yang mengaku terlalu sibuk sehingga tidak ada waktu untuk menulis “Uneg-uneg” mereka.
Malas dan tidak percaya diri, tidak adanya niat untuk memulai dan tidak yakin akan kemampuan diri untuk merangkai kata dalam buku “sejarah” kita.
Tidak tahu apa yang akan ditulis , ini menunjukan tidak kepedulian terhadap moment-moment berharga sebenarnya perlu diabadikan dalam sebuah catatan.
Pasifnya buku harian, kita ketahui kurangnya efektifnya penggunaan buku harian karena hanya sekedar “mendengar” yakni menerima apa yang kita tulis tanpa memberi respon ataupun solusi terhadap permasalahan kita.
Tidak kontinyu dan konsisten, menulis yang baik tidak hanya bisa dilakukan sekali, namun diperlukan kemauan dan kesungguhan secara kontinyu dan konsisten.
Jangan menganggap enteng nilai sebuah buku harian. Setiap masukan (coretan) yang kita baca dan baca ulang merupakan peluang bagi tumbuhnya bakat, mental, emosional, sosial dan bakat seni kita. Sehingga sosok “keegoisan” dalam buku harian akan selalu ada, contoh kecil saja kata “aku” atau “saya” senantiasa mendominasi disana.
Realita yang terjadi akan pengaruh buku harian dapat kita jumpai. Misalnya, kesuksesan Anne Frank dengan buku harianya merupakan puncak dari keberasilan sebuah buku harian sebagai monemen kemanusian yang tidak bisa dianggap sepele. Ia satu-satunya gadis kecil yang masuk senarai 100 tokoh abad 20 versi majalah Times. Namanya sejajar dengan profil Lenin, Stelin, Roosevelt hingga Ghandi. Selain, itu orang-orang di Negara maju sering mengekspresikan diri dengan menulis, tentu saja dimulai menulis mengenai dirinya sendiri, mengukir mimpi lewat tulisan. Sejak kecil mereka sudah terbiasa mencatat apa saja tentang dirinya, berharap suatu saat tulisan itu menjadi sebuah karya hebat.
Semua hal yang tertuang dalam tulisan diatas bukanlah sekedar omong kosong belaka namun penulis mendapatkannya dari pengalaman empiris, penulis menekuni ‘profesi’ ini sejak duduk dikelas 1 MA hingga sekarang. Sebenarnya kemauan menulis buku harian sudah ada sejak penulis mengenyam pendidikan di MI, namun hanyalah tulisan “ecek-ecek “ yang meluncur ke buku “mungil” kesayanganya dan sempat vakum menjadi ‘penulis’ dan akhirnya menulis lagi. Begitu banyaknya manfaat yang penulis rasakan, kepuasan hati tentunya, sehingga hal ini menjadi hobi dan kebutuhan harian yang tak terlewatkan.
Menulis buku harian merupakan awal menjadi penulis professional jika diimbangi dengan kemauan, keyakinan, dan kesungguhan menjalaninya. Teruslah berlatih, berlatih dan berlatih. Kegagalan tak akan berlangsung lama, jika kita mau dan mampu untuk terus berusaha dan berkarya. Nikmati the power of penasaran namun jangan nikmati ketidaktahuan kita. Penulis mengajak pembaca yang budiman untuk terus menulis tanpa merasa terbelenggu. Berawal dari ecek-ecek, yakinlah, banyak hal yang akan kita dapat dari buku harian, sembari menikmati, mensyukuri dan mengabadikan setiap detik usia kita.

Selamat mengukir sejarah lewat tulisan harian!!!

PePeSaN

SeLalu aDa ThE PoWeR Of pEnASaRaN

Senang dan Bahagia, Satu Gerbang Lain Cara

Senang dan Bahagia, Satu Gerbang Lain Cara

Kebahagiaan memang relatif, tidak punya ukuran pasti. Untuk menikmatinya pun perlu 'seni' tersendiri. Setiap orang punya konsep tersendiri tentang hal-hal yang bisa membahagiakan dirinya. Semua orang merasa yakin akan mendapatkan kebahagiaan apabila konsep kebahagiaannya terwujud. Dalam 'penyusunan konsep' inilah letak 'seni' kebahagiaan. Kalau orang tersebut salah menyusun konsep, misalnya menyusun konsep berdassarkan nilai yang salah, mungkin ia tidak akan merasa bahagia setelah konsep itu terwujud. Misalnya saja orang-orang yang ingin meraih kebahagiaan melalui hal-hal yang melanggar hukum seperti korupsi, mencuri, merampok, menyontek dan sebagainya. Sampai dimanapun, biar konsep itu terwuud, dia tidak akan bahagia, karena di balik keberhasilannya itu, ia dikejar rasa takut dan rasa berdosa. Nggak bahagia dech jadinya.
Kesalahan ini banyak terjadi akhir-akhir ini. Belakangan ini materialisme dan konsumerisme semakin berkembang di tengah-tengah masyarakat. Orang-orang cenderung lebih menghargai hal-hal yang bersifat kesenangan dan kebendaan, padahal kesenangan seperti ini tidak ada batasnya.

Beda Sumber
• Rasa senang biasanya diperoleh dari hal-hal yang bisa memberi rasa nikmat terhadap panca indera, misalnya makan makanan enak. Rasa senang ini baik diperoleh dari hal-hal positif atau negatif.
• Bahagia pada umumnya diperoleh dari hasil melakukan sesuatu, dari perjuangan atau usaha keras yang didasari niat baik, nilai, norma dan adat istiadat yang tidak melanggar hukum.

Seni paling rumit
Timbalah ilmu sebanyak- banyaknya, maksudnya meninba ilmu, dengan bertambah ilmumu maka semakin mengerti tanggung jawab, semakin bijaksana dan semakin memahami 'seni hidup'. Dengan demikian, InsyaAllah, dapat juga menikmati kebahagiaan. Disamping itu kita juga perlu menghargai dan belajar menikmati hal-hal yang sederhana. Belajar menikmati sesuatu yang indah, yang menyenangkan dan membahagiakan dari hal-hal yang kecil.
Sebagai kata akhir, mungkin perlu dikemukakan uraian orang bijak bahwa:
"Kebahagiaan itu bukan pemberian Allah semata, melainkan diperoleh dari perjuangan yang diridloi Allah".
Orang yang hidup dalam lingkungan baik, memperoleh pendidikan baik dan mau berbuat baik, akan lebih mudah menikmati kebahagiaan. Sesungguhnyalah, kebahagiaan itu ada dalam diri kita sendiri, dalam alam pikiran kita. "Dia adalah rasa puas yang wajar".

" Hiduplah dengan selalu membahagiakan"

Sumber: Psikologi Remaja

Jaga Humor Agar Tak Jadi Tumor

Jaga Humor Agar Tak Jadi Tumor

“ Janganlah terlalu menbebani jiwamu dengan kesungguhan hati, hiburlah dirimu dengan hal-hal hyang ringandan lucu. Sebab, bila hati terus dipaksakan dengan memikul beban-beban yang berat, ia akan menjadi buta”. (HR. Abu Dawud)

Humor itu perlu, dengan humor, tegang bisa jadi kendor, hal yang formal bisa jadi familiar, yang kaku bisa jadi akrab, yang sedih bisa jadi cengegesan, yang cemberut bisa jadi tertawa terpingkal-pingkal. Asal hati-hati, sebab humor pun bisa jadi tumor.
Kaya' apa tuh???
Humor yang maunya membuat lucu tapi malah gak lucu. Humor yang sadis. Humor ini diperoleh melalui perbuatan yang menyakiti atau mengejek orang lain. Bagi satu pihak lucu, tapi di pihak lain justru dianggap sebagai penghinaan. Humor yang salah kaprah.

" Humor boleh, asal ngerti kondisi ajah"

Sumber: Psikologi Remaja

Minggu, 29 Maret 2009

Arti Hidup

Apa sich Arti Hidup Itu???


Kalau ngomongin dan ditanya soal arti hidup, kadang-kadang susah buat jawab pertanyaan yang simple itu, masalahnya mungkin kita jarang berfikir dan melukiskan arti hidup, tujuan hidup belum terancang atau bahkan tak punya. Lewat tulisan sederhana ini, Nay ingin berbagi dan mengajak teman-teman untuk melukiskan arti hidup, supaya hidup yang kita jalani selaras dengan tujuan hidup yang ingin kita capai. Kita simak yuk…


  • Pertama, arti hidup yang Nay simpulkan dari tausiyah yang pernah Nay ikuti adalah serius mendekatkan diri pada Allah SWT, dengan cara taat dan ibadah kepada-Nya. Ini selaras dengan do’a yang kita baca tiap sholat, yang artinya ”Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Tuhan semesta alam”.

  • Kedua, hidup adalah berbagi. Kita berbagi dengan diri kita sendiri, orang tua, saudara, guru, sahabat, teman, orang lain, bahkan hewan dan tumbuhan sekalipun. Berbagi apa saja yang bisa kita bagi, bisa berupa ilmu, hati(sikap santun), cinta, pengabdian, motivasi atau harta, tentunya di kala suka maupun duka. ”Dengan berbagi hidupterasa lebih berarti”.

  • Ketiga, Hidup adalah sebuah perjalanan panjang berliku. Terserah arsitek hidup itu ingin dibawa kemana hidupnya. “Setiap orang adalah arsitek kehidupannya”. Dunia adalah ladang menuju akhirat, di dunia tempat kita beraksi dan berkreasi (ikhtiar), di akhirat memetik hasilnya setelah raport amal kita terima.

  • Keempat, Hidup= kaya makna, kaya rasa, kaya warna. Tentu bias kita selami sendiri artinya, tiap frasa punya kualitas masing-masing.

  • Kaya makna= hidup kita yang sekali ini jadikanlah yang berarti, jangan sampai menjadi ‘sampah masyarakat’. Kita harus punya peran di lingkungan kita, terserah ingin di bidang apa yang penting kita mau, mampu dan enjoy jalaninya. Ingat, minimal kita berperan buat keluarga kita sendiri.

  • Kaya rasa= pahit, manis, asem, asin…rame rasanya. Itulah slogan beken permen nano-nano. Ya, hidup adalah seperti itu. Ada susah ada senang, kadang di atas kadang di bawah, ada gagal ada sukses. Tak ada yang mulus, tiap orang punya liku-liku hidup tersendiri dan perlu perjuangan untukmengatasinya. Kita tak akan pernah luput dari masalah selama nyawa masih dikandung badan. Jangan takut ketika menghadapi masalah, dengan adanya masalah kita akan tambah pengalaman, dan jika kita mau, mampu dan ikhlas mengatasinya, InsyaAllah derajat kita bertambah di sisi Allah SWT. “ Pecahkan masalah dengan enjoy! Takut masalah…??? Mati ajah!!!”

  • Kaya warna= warna disini berarti pengalaman. Jadilah sosok yang kaya akan pengalaman hidup, jelajahi dunia dengan membaca, menulis, bersosialisasi diri, apapun deh..poko’e hal yang positif. “ Experience is the best teacher”.


Nah, sekarang udah punya gambaran kan tentang apa arti hidup itu??? So, saatnya hidup yang berarti.